Shalom ‘aleychem
Assalamu ‘alaykum

Yeshu ha-Notzri: ha-Ish (Orang Itu)
בסמ ללה אלרחמן אלרחים
Setelah saya berhari-hari membaca banyak dokumen, terutama dokumen berbahasa Ibrani maupun dokumen2 non-Kristen, ternyata saya tidak menemukan data apapun yang menyebutkan tentang 3 pilar status genealogis Yeshu ha-Notzri secara pasti.dan meyakinkan.
Tiga pilar Genealogis itu adalah:
- Dalam dokumen Yahudi, nasab biologis Yesus tidak berasal dari benih King Salomo.
- Dalam dokumen Yahudi, nasab bilologis Yesus tidak berasal dari benih Daud.
- Dalam dokumen Yahudi, nasab biologis Yesus tidak berasal dari benih Yehuda.
Klaim kaum Kristiani terkait 3 pilar yang secara umum menyatakan bahwa Yeshu berasal dari benih Salomo, benih Daud dan benih Yehuda ternyata hanya muncul dalam dokumen PB (kitab suci Kristen) dan dokomen-dokumen Kristen yang mengutip pernyataan orang Yahudi atau pernyataan seorang rabbi, yang secara fakta ternyata datanya tidak bisa dikonfirmasi dari pihak dokumen Yahudi sebagai justifikasi. Jadi klaim 3 pilar di atas hanya mengacu pada 2nd sources, bukan mengacu pada 1st sources, karya asli sang penulis, yang berasal dari dokumen Rabbinik.
Apakah para rabbi telah menghilangkan data primary sources itu atau memang para rabbi dalam dokumen-dokumen Yahudi itu memang tidak pernah berbicara apapun tentang Yeshu ha-Notzri (Yesus dari Nazareth) yang dianggap berasal dari benih Salomo, atau benih Daud atau pun benih Yehuda? Dalam dokumen Yahudi hanya tertulis Yeshu Ben Stada atau pun Yeshu Ben Panthera atau pun ישוע הנצרי ( Yeshu ha-Notzri ), artinya: ‘Yesus orang Nazareth’ atau pun minimal dengan sapaan האש (ha-Ish), artinya: ‘ Orang Itu’ sebagaimana yang termaktub dalam teks בעל הטורים (Ba’al Haturim) atu pun teks אגרות הרמבם (Iggerot ha-Rambam) dan tidak ada istilah lain yang merujuk kpd Yesus dng menyebut nasabnya secara langsung kpd Salomo, atau pun menyebut nasabnya secara langsung kepada Daud atau pun kepada Yehuda. Minimnya informasi atau lebih tepatnya ketiadaan informasi tentang Yeshu yang nasab biologisnya dinisbatkan berasal dari benih Salomo, atau pun benih Daud atau pun benih Yehuda merupakan riset yang amat menarik utk ditindaklanjuti oleh komunitas Lintas Agama.
Dalam kitab Talmud memang disebutkan nama Yeshu Ben Stada (Yeshu Ben Satit da mi ba’alah – yang artinya Yeshu anak Sang Perempuan yang tidak setia kepada suaminya). Dan dalam kitab Talmud disebutkan pula nama Maryam anak perempuan Eli yang merujuk pada person yang disapa Stada itu sendiri.
Mary was the daughter of Eli: and so the Jews speak of one Mary, the daughter of Eli, by whom they seem to design the mother of Jesus of Nazareth.
“that saw, Mary the daughter of Eli in the shades, hanging by the fibres of her breasts; and there are that say, the gate, or, as elsewhere (c), the bar of the gate of hell is fixed to her ear.”
(b) T. Hieros. Sanhedrin, fol. 25. 3. (c) Ib. Chagiga, fol. 77. 4.
Rabbi Moshe Bogomilsky juga menjelaskan Yeshu ha-Notzri dng sapaan yang dikenal אתו האש (oto ha-Ish) dan Maryam dng sapaan האשה (ha-Ishah), ‘Sang Perempuan Itu’ dalam literatur Rabbinik sebagai berikut:
“כי יקום בקרבך נביא…והנביא ההוא…יומת”
“If there should stand up in your midst a prophet…and that prophet…shall be put to death.” (13:2-6)
QUESTION: The Ba’al Haturim, in old editions of the Chumash, writes: “bekirbecha (בקרבך) — “in your midst” — has the numerical value of 324, which is also the numerical value of ‘zu ha’ishah’ (זו האשה) — ‘this is the woman.’ ”
To which woman is the Ba’al Haturim referring?
ANSWER: Many years ago in Europe all books on Torah subjects were carefully scrutinized by a censor. He was a representative of the church who would delete or make changes if the content of the sefer was derogatory to Christianity.
Originally, the Ba’al Haturim wrote: “bekirbecha navi — zu ha’ishah ubenah” — The words “bekirbecha navi” (בקרבך נביא) have the numerical value of 387, the same as the numerical value of the words “zu ha’ishah u-bnah” (זו האשה ובנה) — this is the woman and her son — referring to the infamous mother who brought to the world a son (“oto ha’ish” — “Yeshu hanotzri”) who became founder of Christianity. He tried to impress upon the world that he was a prophet sent by G‑d as Mashiach. Ultimately, he was put to death.
The censor was unhappy with the Ba’al Haturim’s comment that there is a hint in the Torah that Yeshu was a false prophet and should be put to death. Thus, he deleted the words “navi” — “prophet” and “ubenah” — “her son.” Hence, the censor’s amended version seems difficult to comprehend.
Berkaitan dng nasab biologis Yesus melalui Maryam, Jimmy Jeffrey mengajukan beberapa bukti mengenai keotentikan nasab biologis Yesus berdasarkan statement oral dan karya tulisan para rabbi serta dokumen-dokumen Rabbinik. Jimmy Jeffrey mengatakan bahwa ada beberapa hal yang menarik dalam buku karya William Lukyn yang berjudul Adversus Judaeos: A Bird’s Eye View of Christian Apologiae until Renaissance (Cambridge University Press, 2012).
Menurutnya, dalam buku tersebut terdokumentasi mengenai jawaban Androinicus (1310 M) terhadap pertanyaan orang Yahudi tentang status Maria (Maryam) sebagai keturunan Daud. Androinicus yang hidup pada Abad Pertengahan menyatakan bahwa dia telah menemukan sebuah tulisan seorang rabi Yahudi yang bernama Elijah, yang menyebutkan bahwa Maria adalah keturunan Daud. Sekaligus informasi mengenai nama orang tua Maria, yakni Yoakim dan Anne serta kaitannya dengan tradisi Levirate marriage. Berikut ini adalah dialog antara seorang Yahudi dng Androinicus, yang dikutip dari buku karya William Lukyn itu.
“Why do Christians extol Mary so highly, calling her nobler than the Cherubim, incomparably greater than the Seraphim, raised above the heavens, purer than the very rays of the sun? For she was a woman, of the race of David, born to Anne her mother and Joachim her father, who was son of Panther. Panther and Melchi were brothers, sons of Levi, of the stock of Nathan, whose father was David of the tribe of Judah.”
Jimmy Jeffrey juga menyatakan bahwa William Lukyn juga mengutip dokumen Yahudi, yakni Doctrina Jacobi (634 M), dokumen yang eksis pada era Islam. Dalam dokumen itu disebutkan tentang adanya cemoohan seorang rabi dari wilayah Tiberias terhadap status Maria. Berikut kutipannya:
“..Anda he said, Why do the Christians magnify Mary? She is the daughter of David and not Theotokos (i.e. born of God), for Mary is a woman, daughter of Joakim and her mother was Anna. Now Joakim is son of Panther and Pather was brother of Melchi, as the tradition of us Jews in Tiberias has it, of the seed of Nathan, the son of David, of the seed of Judah.”
Menurut Jimmy Jeffrey, Androinicus dalam dialognya dengan orang Yahudi itu mengatakan bahwa Yesus tidak saja keturunan suku Yehuda, dia juga keturunan suku Lewi atau keturunan Harun sekaligus keturunan Daud . Berikut pernyataan Androinicus:
“.. And our Gospel is true, when itu says that Mary is the kinswoman of Elizaveth, for the tribes of Judah and of Levi were mingled”.
Dengan demikian, Jimmy Jeffrey memandang penting terkait dokumen kuno dari kalangan Yahudi seperti kitab Doctrina Jacobi (634 M.), yakni dokumen era generasi Geonim dan acuan dialog antara Androinicus (1310 M.) dengan seorang rabi Yahudi yang hidup pada masa generasi Rishonim serta mengutip karya tulisan Rabbi Elijah yang manuskripnya bisa jadi berasal dari generasi era pra-Gaonim atau sezaman dng era Rishonim. Namun, dokumen-dokumen itu apakah benar-benar ada dan bisa ditelusuri kebenarannya berdasarkan kutipan yang termaktub dalam tulisan-tulisan para rabbi era Tanaim, Amoraim, Saboraim, atau minimal tulisan para rabbi era Gaonim dan Rishonim? Seorang rabbi (atau pun kohen) sejak era Soferim, Tanaim, Amoraim, Saboraim, Geonim, Rishonim maupun Akharonim, pasti para rabbi tersebut memiliki sanad keguruan, dan itu semua tercatat rapi dalam תולדות גדולי ישראל (Toledot Gadoli Yisrael). Nama-nama mereka dan karya-karya mereka pasti tercatat dan diperbincangkan oleh rabbi2 semasanya dan sekaligus dibicarakan dan diperdebatkan oleh rabbi-rabbi era pasca zamannya. Bahkan, nama sang rabbi serta kutipan-kutipan tulisannya juga dapat dilacak melalui dokumen rabbi-rabbi yang lain. Misalnya, karya Rav Saadia Gaon (Rasag) dapat dijumpai dalam tulisan Rashi, Ibnu Ezra, Radak, Ramban, Rambam, termasuk juga diperbincangkan dalam karya Rabbi Bachye ben Asher dan Rabbi Yosef Chayyim dalam karya halachic-nya yang berjudul Ben Ish Chai. Bahkan tulisan Abraham Ibnu Ezra (Raba’) juga dapat dilacak melalui karya Radak, Ramban, Rabbi Bachye ben Asher dan tulisan-tulisan para Tosafis. Terkait dng kutipan2 para Rabbi terhadap tulisan Ibn Ezra, hal itu bisa ditelusuri melalui kitab עיונים בלשונות הראבייע (‘Eyonim be Lesonot ha-Raba’).
Oleh karena itu, sangat mustahil bila para rabbi di wilayah Tiberias tidak mengenal tulisan Rabbi Elijah yang bisa jadi beliau adalah seorang rabbi senior di wilayah itu. Dan menurut saya juga mustahil bila para rabbi juga tidak pernah mengutip tulisan Rabbi Elijah, sebagaimana yang dikutip oleh Androinicus (1310 M), sang apologet Kristen tsb. Begitu juga sangat mustahil bila dalam karya2 Rabbinik tidak ada kutipan kitab Doctrina Jacobi dalam karya-karya Rabbinik sezamannya atau pun pasca zamannya, padahal kitab Doctrina Jacobi merupakan karya penting yang muncul pada era Gaonim, terutama terkait nasab Yeshu ha-Notzri sebagai keturunan Raja Daud. Jadi informasi tentang adanya tulisan Rabbi Elijah yang menyebutkan nasab biologis Maria (Maryam) yang merujuk kpd Raja Daud melalui Nathan hanyalah informasi sepihak yang tidak dapat dikonfirmasi kebenarannya melalui dokumen2 Rabbinik.
Dialog yang mengutip dokumen Rabbi Elijah itu memang amat menarik untuk ditelusuri kebenarannya, terutama berkaitan dng manuskrip aslinya, kutipan2 tulisannya dari sumber-sumber Rabbinik yang dapat ditelusuri dan sekaligus dapat dijadikan sebagai teks pembanding. Apalagi nasab biologis Maryam menurut tulisan Rabbi Elijah serta kitab Doctrina Jacobi itu merujuk 3 pilar utama mengenai nasab Maryam sebagai (1), benih Nathan, (2) benih Raja Daud, (3) benih Yehuda.
Dan lagi, menurut kedua dokumen Rabbinik itu dinyatakan bahwa Maryam secara genetis memang diakui sebagai keturunan Raja Daud, dan ternyata telah dikenal di kalangan masyarakat Yahudi di kawasan Tiberias. Bila dokumen itu bukan fiktif atau pun imaji, maka ini justru membuktikan bahwa karya Rabbi Elijah itu merupakan karya yang tersebar dan dikenal secara masif di kalangan masyarakat Yahudi, terutama di kalangan para rabbi di wilayah Tiberias. Ini pasti akan menjadi isu yang amat debateable dalam karya-karya Rabbinik pada masa itu, dan juga era selanjutnya, yang mengerucut pada wacana pro dan kontra. Apalagi kitab Talmud yang saat itu juga berbicara mengenai tokoh Yeshu Ben Panthera faktanya telah terkodifikasi dan final.
Namun faktanya tidak demikian adanya, tidak ada 1 pun dokumen yang membicarakan mengenai karya tulisan Rabbi Elijah tersebut. Apalagi perdebatan di antara para rabbi mengenai kitab Doctrina Jacobi. Padahal kitab Doctrina Jacobi dan karya Rabbi Elijah yang membicarakan nasab Yeshu melalui Maryam telah dikenal dalam tradisi komunitas Yahudi di Tiberias. Berikut kutipannya :
“…as the tradition of us Jews in Tiberias has it, of the seed of Nathan, the son of David, of the seed of Judah.”
Dengan demikian, tulisan Rabbi Elijah dan buku Doctrina Jacobi secara de facto hanyalah dokumen yang tercantum dalam dokumen Kristen, dan tidak tercantum dalam dokumen Rabbinik lainnya. Dokumen yang mengutip dan menyitir tulisan Rabbi Elijah dan kitab Doctrina Jacobi itu hanya termaktub dalam buku apologetika Kristen yang berjudul Adversus Judaeos: A Bird’s Eye View of Christian Apologiae until Renaissance (Cambridge University Press, 2012).
Saya menduga bahwa Andronicus (1310 M.) telah salah kutip dng menyandarkan argumentasinya merujuk pada Rabbi Elijah. Saya juga menduga bahwa Andronicus sebenarnya mengutip Injil Apokrif, yakni Injil Yakobus yang di dalamnya memang telah disebutkan nama ayah dan nama ibundanya Maryam yang bernama Yoakim dan Anne, dan dijelaskan juga asal suku mereka, yakni suku Yehuda. Dan secara de facto, Injil Yakobus ini ternyata telah eksis sebelum tahun 1310 M. Andronicus mencatut nama Rabbi Elijah dan menisbatkan argumentasinya dng mengutip tokoh Rabbi Elijah karena saat perdebatan itu dia sedang berpolemik dng seorang Yahudi utk menjustifikasi argumentasinya dng menggunakan kebesaran nama Rabbi Elijah.
Padahal tokoh yang disebut Rabbi Elijah adalah tokoh rekaan yang ahistoris dan tidak tercatat dalam dokumen Toledot Gadoli Yisrael. Rabbi Elijah sebagai tokoh historis atau pun tokoh ahistoris tetap saja tidak dapat ditelusuri karya tulisannya sekaligus otobiografinya dalam dokumen Rabbinik. Bila merujuk pada metodologi pembuktian fakta historis terhadap isi sebuah laporan, maka perlu adanya teori kesahihan yang digagas oleh Theodore Noldeke, seorang orientalis asal Jerman, yakni dng cara metode komparatif sebuah laporan dari komunitas yang saling berseberangan. Namun, faktanya kita tidak menemukan data pembanding apapun yang dapat digunakan sebagai kreteria kesahihan sebuah laporan terkait adanya tulisan Rabbi Elijah dan kitab Doctrina Jacobi tersebut, khususnya berdasar dokumen2 Rabbinik.
Kesimpulan
Buku apologetika Kristen karya William Lukyn ini tidak bisa dijadikan sbg bukti otentik yang dapat dipertanggungjawabkan isinya karena tulisan Rabbi Elijah dan dokumen Doctrina Jacobi yang dikutipnya tersebut hanya termaktub dalam buku apologetika Kristen yang statusnya berperan sebagai sumber kedua (2nd source), dan bukan sebagai sumber primer (1st source). Jadi sekali lagi, buku karya apologetika Kristen tsb tidak dapat dijadikan rujukan.
Baruch HASHEM