Shalom ‘aleychem
Assalamu ‘alaykum
Eliachim: Nasab Biologis Maryam
Jimmy Jeffrey dalam tulisannya mengenai nasab biologis Maryam yang diklaim melalui Eli sebagaimana yang termaktub dalam Injil Lukas 3:23, merujuk pada kajian linguistik. Menurutnya, Injil Lukas 3:23 yang dinyatakan sebagai jalur nasab biologis Maryam justru telah eksis sejak awal era kekristenan. Namun, dengan adanya buku karya seorang sejarawan gereja yang bernama Eusebius, maka pendapat Julius Africanus lebih populer. Julius Africanus menyatakan bahwa daftar silsilah yang termaktub dalam Lukas 3:23-38 adalah daftar silsilah Yusuf, dan bukan daftar silsilah Maryam. Jadi, popularitas pendapat yang menyatakan bahwa Lukas 3:23-38 sebagai daftar silsilah Yusuf tersebut akibat pencatatan resmi sebagaimana yang tertulis dalam buku Ecclesiastical History (Sejarah Gereja) karya Eusebius.
Persoalan yang saya kritisi pada tulisan saya ini tidak bermaksud mengulang kembali kesahihan atau ketidaksahihan nasab biologis Maryam dan perdebatannya yang dikaitkan dng Daftar Silsilah dalam Injil Lukas 3:23-38). Justru dalam konteks ini saya ingin mengkritisi argumen Jimmy Jeffrey berkaitan dng kajian linguistik yang dipaparkannya demi menyokong pendapatnya yang sebenarnya merupakan argumen yang dipaksakan dan invalid. Bahkan argumentasi yang dibangunnya memiliki kecacatan fatal yang justru membuktikan bahwa sang penulis tidak memahami keilmuan linguistik berbasis teks sumber.
Demi menguatkan argumentasinya, Jimmy Jeffrey mengutip teks dari Injil apokrif, yakni pseudo-Matthew Gospel. Chap. 4.
” … And having weaned her in her third year, Joachim, and Anna his wife, went together to the temple of the Lord to offer sacrifices to God, and placed the infant, Mary by name …”
Berdasar pada teks Injil pseudo-Matthew ini, Jimmy Jeffrey menyatakan bahwa Joachim (Yoyakim), yakni nama ayah Maria dalam Injil apokrif pseudo- Matthew tersebut bisa saja merupakan perubahan nama dari Eliachim (Eliyakim) yang akhirnya disingkat menjadi Eli. Dengan demikian, nama Eli adalah singkatan dari nama Eliachim (Eliyakim). Nama Eliachim (Eliyakim) dan nama Joachim (Yoyakim) keduanya mengandung nama ilahi, yakni istilah Yo ringkasan dari nama Yehovah, sedangkan istilah El ringkasan dari sebutan Elohim.
Contoh perubahan nama Eliachim (Eliyakim) menjadi Joachim (Yoyakim) juga terdokumentasi dalam teks Masoret yang di kalangan komunitas Yahudi disebut TaNaKH. Dalam teks 2 Raja-raja 23:34 ternyata Firaun Nekho mengangkat Eliyakim, anak Yosia, menjadi raja untuk menggantikan Yosia, ayahnya, dan menukar namanya dengan nama Yoyakim. Selain itu dalam kitab Judith versi Yunani, yang dikenal sebagai teks Septuaginta (LXX) khususnya pada pasal 4:1-11 tertulis nama imam besar Joachim (Yoyakim) sedangkan dalam versi Latin (Vulgata) tercatat dengan nama Eliachim (Eliyakim). Dalam teks Latin Vulgata tertulis demikian
“..Sacerdos etiam Eliachim scripsit ad universos qui erant contra Esdrelon..” (Judith 4:5).
Perbedaan ini terletak pada perbedaan teks dari beberapa manuskript yang menandakan adanya variasi penyebutan nama Eliachim (Eliyakim) dan Joachim (Yoyakim).
Jimmy Jeffrey juga mengutip buku apologetik karya William Lukyn mengenai jawaban Androinicus (1310M) yang mengutip tulisan Rabbi Elijah terkait nama Joachim sebagai nama ayah kandung Maryam.
“Why do Christians extol Mary so highly, calling her nobler than the Cherubim, incomparably greater than the Seraphim, raised above the heavens, purer than the very rays of the sun? For she was a woman, of the race of David, born to Anne her mother and Joachim her father, who was son of Panther. Panther and Melchi were brothers, sons of Levi, of the stock of Nathan, whose father was David of the tribe of Judah.”
Dalam bagian lain pada buku William Lukyn juga tertulis hal yang senada, yakni terkait nama Joachim sebagai nama ayah kandung Maryam. Dokumen yang dimaksud justru mengacu pada dokumen Yahudi, yakni Doctrina Jacobi (634M). Dalam dokumen tersebut disebutkan tentang cemoohan seorang rabi dari Tiberias tentang Maria.
“.. Anda he said, Why do the Christians magnify Mary? She is the daughter of David and not Theotokos (i.e. born of God), for Mary is a woman, daughter of Joakim and her mother was Anna. Now Joakim is son of Panther and Pather was brother of Melchi, as the tradition of us Jews in Tiberias has it, of the seed of Nathan, the son of David, of the seed of Judah.”
(William Lukyn, Adversus Judaeos: A Bird’s Eye View of Christian Apologiae until the Renaissance, Cambridge University Press, 2012).
Berdasarkan buku apologetika Kristen karya William Lukyn (2012) tersebut, maka Jimmy Jeffrey membangun sebuah wacana baru bahwa nama ayah kandung Maryam adalah Joachim (Yoyakim) yang sebenarnya adalah nama lain atau pun perubahan nama dari nama Eliachim (Eliyakim). Namun ironisnya Jimmy Jeffrey tidak kritis atau memang secara sengaja memanipulasi kecerdasan para pembacanya. Pertama, Jimmy Jeffrey mengaitkan varian bentuk nama Eliachim (Eliyakim) dan Joachim (Yoyakim) dalam teks Masoret Ibrani, teks Septuaginta, dan teks Vulgata serta menghubungkannya dengan nama Joachim (Yoyakim), yakni nama ayah kandung Maryam, sebagaimana yang termaktub dalam Injil apokrif. Kedua, Jimmy Jeffrey menyatakan bahwa nama Joachim (Yayakim) dalam Injil apokrif tersebut adalah sepadan dng nama Eliachim (Eliyakim), dan nama Eli dalam Injil Lukas 3:23 merupakan nama bentuk ringkas dari nama panjang, Eliachim (Eliyakim).
Sebenarnya, saya sepakat bila nama Raja Eliachim, אליקים (Eliyakim) adalah nama lain, dan sekaligus varian nama dari nama Sang Raja Joachim, יהויקים (Yehoyakim), sebagaimana yang tercatat dalam 2 Raja-raja 23:34 versi teks Masoret Ibrani. Bahkan nas 2 Raja-raja 23:34 dalam versi teks Septuaginta dan versi teks Vulgata Latin juga tertulis nama Raja Ioakim sebagai nama lain dari nama Eliachim. Teks 4 Regum 23:34 berbunyi sbb:
” Regemque constituit Pharao Nechao Eliachim filium pro Iosias patre eius: vertitque nomen Ioakim.” (Alberto Colunga (ed.), Biblia Sacra: Vulgata Clementinam, Madrid: Biblioteca de Autores Christianos, 2012), p. 321
Saya juga sepakat bahwa nama Imam Besar Ioakim dalam teks versi Septuaginta Yunani juga tertulis Eliachim dalam teks versi Vulgata Latin. Pada teks Septuaginta Yunani, nas Yudith 4:5 tertulis nama Imam Besar Ioakim (Sir Lancelot C.L. Brenton, the Septuagint with Apocrypha: Greek and English, Hendrickson Publishers, 1995), p. 38. Sementara itu, versi Vulgata Latin tertulis nama lain, yakni nama Imam Besar Eliachim (Colunga, Bibila Sacra: Vulgata Clementinam, Madrid: Biblioteca de Autores Christianos, 2012), p. 405. Keduanya memang merujuk kepada person Imam Besar yang sama, meskipun dng penyebutan nama yang berbeda. Dengan demikian, hal ini bisa disimpulkan bahwa nama Raja Ioakim (Joachim) sama dng nama Raja Eliachim, dan nama Imam Besar Ioakim (Joachim) sama dng nama Imam Besar Eliachim.
Namun persolan nama Eli dalam Injil Lukas 3:23 itu apakah ringkasan dari nama Eliachim yang tidak lain adalah sama dng nama Joachim sebagai nama ayah kandung Maryam dalam Injil apokrif? Faktanya tidak demikian, dan ulasan Jimmy Jeffrey telah memanipulasi kajian linguistik yang amat tidak valid.
Ada 5 alasan kuat menurut saya utk membuktikan kecerobohan Jimmy Jeffrey dalam pembahasan bergaya permainan kata (word game) antara nama Eli dalam Lukas 3:23 yang dikaitkan dng nama Eliyakim ( אליקים).
- Nama Eliachim dalam bahasa Ibrani tertulis אליקים (Eliyakim), sedangkan nama Joachim dalam bahasa Ibrani tertulis יהויקים (Yehoyakim). Sedangkan dalam bahasa Ibrani, nama Eli yang termaktub dalam teks Injil Lukas 3:23 tertulis עלי (‘Eli) bukan tertulis אלי (Eli), yang diklaim oleh Jimmy Jeffrey sebagai singkatan dari nama lengkap אליקים (Eliyakim). Pada ranah inilah Jimmy Jeffrey memanfaatkan ketidakcerdasan para pembacanya. Bahkan terkesan memanipulasi nama Ibrani secara invalid. Dalam konstruksi nama Ibrani, sesuai yang termaktub dalam teks Masoret (TaNaKH), tidak ada satu pun nama panjang yang terindikasi merupakan gabungan dari kata עלי (‘Eli) dengan kata Ibrani lainnya. Justru yang sering muncul adalah gabungan kata אלי (Eli) dng kata Ibrani lainnya. Contoh: אליקים (Eliyakim), אליהו (Eliyahu), אלחנן (Elchanan), אליאב (Eliab), אלידע (Eliyada’), אליסף (Elyasaf), אליאל (Eliel). Dengan demikian, klaim Jimmy Jeffrey yang menyatakan bahwa nama lengkap אליקים (Elyakim) yang disapa dng nama pendek עלי (‘Eli) merupakan upaya mencocokkan sesuatu yang sebenarnya tidak cocok dalam ranah kebahasaan. Dan upaya mencocokkan keduanya merupakan bentuk kecerobohan. Dengan demikian, wacana baru yang disuguhkan oleh Jimmy Jeffrey kepada para pembacanya tersebut pasti akan runtuh, dan tidak sesuai dng nama-nama yang telah eksis dalam tradisi Ibrani, sebagaimana yang termaktub dalam Torah, Neviem ve Khetuvim (TaNaKH).
- Penggunaan nama עלי (‘Eli) dalam kitab TaNaKH bisa berdiri sendiri, dan tidak perlu merupakan gabungan kata dengan kata Ibrani lainnya; dan nama עלי (‘Eli) sangat familiar digunakan sebagai sebuah nama diri (proper name) dalam TaNaKH. Lihat 1 Samuel 1:3-25; 1 Samuel 2: 11-27; 1 Samuel 3:1-16; 1 Samuel 4:4-10; 1 Samuel 14:3, 1 Raja-raja 14:3. Jadi antara nama person עלי (‘Eli) dan ungkapan אלי (Tuhanku) sebagai ekspresi seruan seorang hamba kepada TUHAN bukanlah hal yang sepadan. Dan, Yeshu ha-Notzri telah menyeru TUHAN-nya saat di tiang salib dng seruan אלי אלי (Tuhanku Tuhanku) dan tidak menyeru dng nama person עלי עלי (‘Eli ‘Eli).
- Dalam catatan kitab TaNaKH, Midrash, Talmud, atau pun kitab-kitab dokumen Rabbinik yang lain, tidak ada 1 pun penggunakan nama אלי (Eli) sebagai nama person. Apalagi bila nama ini berdiri sendiri tanpa digabung dng kata Ibrani lainnya. Dengan kata lain, tidak pernah ada 1 pun nama אלי (Eli) yang dipakai oleh seorang manusia historis dalam dokumen TaNaKH atau pun dokumen Rabbinik lainnya, dan tidak ada 1 pun nama עלי (‘Eli) yang merupakan singkatan/ringkasan dari nama panjang seseorang.
- Bila nama Eli dalam Injil Lukas 3:23 yang bhs Ibrani-nya tertulis עלי (‘Eli) dianggap scribal error, lalu adakah manuskrip PB yang bisa dijadikan sebagai teks pembanding, yang memuat alternatif bacaan nama person yang lain? Selama ini saya belum menemukannya.
- Bila sang apologet Kristen beralibi bahwa nama Eli dalam Lukas 3:23 itu sebenarnya dalam bhs Ibrani tertulis אלי (Eli) atau האלי (Heli). Namun, mereka harus bisa membuktikan manuskripnya terkait nama personal yang memang tertulis seperti itu. Bila fakta tekstual ternyata tertulis nama personal yang demikian, maka bisa jadi ini memang khusus nama special nenek moyang Yesus, yang tidak pernah ada dan dipakai dalam tradisi Ibrani, khususnya nama-nama tokoh dalam kitab TaNaKH. Bahkan tidak familiar di antara orang-orang Ibrani sepanjang abad, dan baru muncul pada era PB. Sama halnya dng konsep special adoption yang memang special utk mendukung teori the Virgin Birth khas doktrin Kristen, dan tidak ada kaitannya dng teori Levirate marriage khas Judaism yang berlaku dalam tradisi Ibrani, dan anehnya baru muncul pada era PB juga.
Kesimpulan
Kajian linguistik antropologis terkait nama-nama Ibrani ini merupakan fakta historis yang bisa dibuktikan melalui teks sumber. Sekali lagi, klaim Jimmy Jeffrey terkait nama Eliachim sebagai bentuk pendek nama Eli merupakan manipulasi data yang ahistoris dan manipulatif. Dan, tindakan manipulasi data itu berakar dari ketidakjujuran penjelasan kajian linguistik komparatif (filologis) terkait persoalan antara perbedaan konsonan ע (‘ayin) pada nama עלי (‘Eli) dan konsonan א (alef) pada nama אלי (Eli).
Baruch HASHEM.