Banyak para akademisi telah membaca buku “The Foreign Vocabulary of the Quran” karya Arthur Jefferey (Baroda: Oriental Institute, 1938). Karya ini memang familiar di antara para misionaris untuk membuktikan adanya loanwords (kosakata asing) non-Arabic dalam Quran. Namun, kita juga harus jujur mengakui bahwa para ahli Biblikal faktanya telah mengakui adanya pengaruh kosakata asing (loanwords) non-Hebrew dalam Alkitab Perjanjian Lama (TaNaKH). Munculnya pengaruh kosakata asing (loanwords) dalam teks Perjanjian Lama (PL/TaNaKH) merupakan suatu keniscayaan dalam proses penjadian teks, apalagi penjadian teks TaNaKH yang kemudian ‘disucikan.’ Teks tidak pernah lahir dalam ruang hampa, dan teks itu sendiri muncul dalan konteks sosial, relasi bahasa dan interaksi budaya yang mengitarinya.
Dalam riset linguistic, Prof. James Barr, Ph.D., penulis buku “Comparative Philology and the Text of the Old Testament” (Oxford: The Clarendon Press, 1968) menyebutkan adanya hegemoni loanwords and words of non-Semitic origin dalam teks Perjanjian Lama (Biblical Hebrew Texts). Prof. Mats Eskhult, Ph.D., penulis “The Importance of Loanwords for Dating Biblical Hebrew Texts” (London-New York: T & T Clark International, 2003) dari Department of Asian and African Languages, Uppsala University (Swedan) juga memaparparkan bahwa bahasa-bahasa dominan yang berpengaruh dan terekam dalam teks TaNaKH (Perjanjian Lama) meliputi 4 bahasa utama, yakni bahasa Akkadia, bahasa Aramaic, bahasa Koptik (Ancient Egytian) dan bahasa Persia.
Ini membuktikan bahwa teks Perjanjian Lama tidak pernah ‘menjadi’ secara steril dan terasing daei bahasa-bahasa lain yang mengitarinya.
Sementara itu, Prof. Arthur Jeffery, Ph.D. penulis buku “The Foreign Vocabulary of the Quran” (Baroda: Oriental Institute, 1938) dan J. Spencer Trimingham penulis buku “Christianity among the Arabs in pre-Islamic Times” (London: Longman, 1979) juga menyebutkan adanya 4 bahasa-bahasa dominan yang berpengaruh dan terekam dalam Quran, yaitu bahasa Hebrew (Ibrani), Suryani (Syriac), Persian dan Etiopia (Amharic).
Berdasarkan pembuktian filologis, saya mencoba utk menyuguhkan karya saya berjudul “Aryo-Semitic Philology: The Semitization of Vedas and Sanskrit Elements in Hebrew and Abrahamic Texts” (Surabaya: Airlangga University Press, 2018) sebagai alternatif bacaan kepada para pembaca tentang adanya pengaruh kosakata asing non-Hebrew di antaranya hegemoni bahasa Sanskrit dan Persian – sebagaimana yang termaktub dalam Perjanjian Lama.
Hegemoni bahasa Sanskrit dan Persia merupakan bahasa-bahasa utama dalam tradisi Arya; dan kedua bahasa tersebut ternyata jejaknya amat dominan dalam bahasa Ibrani Masoret (Biblical Hebrew). Bahasa Sanskrit dan bahasa Persia justru dominan menaklukkan (‘conquer’) bahasa Ibrani Biblikal, yang jejaknya termaktub dalam teks Perjanjian Lama (PL).
Saya berharap, karya saya yang berjudul “Aryo-Semitic Philology: The Semitization of Vedas and Sanskrit Elements in Hebrew and Abrahamic Texts” merupakan karya kritik dan sekaligus sebagai karya pembanding atas bukunya Arthur Jeffery yang berjudul “The Foreign Vocabulary of the Quran.”