Bahasa Arab Bukan Warisan Peradaban Kristen: Inskripsi Yahudi Sephardi di Marocco (Maghrib)

שלום עליכם

Tulisan berbahasa Arab yg bergaris itu maksudnya: “ini adalah beberapa bukti tentang adanya kaum Yahudi yang berasal dari Palestina.” Komunitas Yahudi Palestina ini migrasi ke wilayah Marocco sejak era kolonialisasi kekuasaan Romawi di Timur Tengah. Ini merupakan indikasi kuat bahwa migrasi besar-besaran kaum Yahudi Pelestina ke wilayah-wilayah Afrika, hingga ke kawasan Marocco di barat Afrika, justru didorong oleh faktor politik, sosial dan ekonomi. Sayangnya, tulisan Ibrani tersebut kurang teliti cara menyalinnya, karena antarkata tidak ada spasi, dan kayaknya penulisan Ibrani-nya ada yang hilang/korup, terutama huruf2nya di bagian terakhir.

Kalau bacaan saya seharusnya dibaca: Metrona bat Rabi Yehudah Nach(…..).

Inskripsi yang huruf2nya hilang tersebut sebenarnya bisa dibaca Nach(man), bisa dibaca Nach(um), bisa dibaca Neche(miyah), bisa dibaca Noach, atau bisa dibaca versi lain, atau bisa dibaca Nech(….). Ini yang harus dikonfirmasi berdasar data-data lain. Bila inskripsi tersebut dibaca Metrona bat Ravi Yehudah Noach, artinya: Ibunda kami Sang Putri dari Rav Yehudah Noach.

Anehnya pada inskripsi tersebut tertulis istilah מתרונה Metrona (Bunda kami) yang sebenarnya merupakan istilah Yunani yg di-Arab-kan dan menggunakan bentuk gramatika Arab – yakni ” isim dhamir ” נה (na) sebagai bukti adanya eksistensi penggunaan bahasa Judeo-Arabic di masa kekuasaan Romawi. Atau istilah tersebut merupakan dialek Ibrani khas Marocco yang berkembang di kawasan Afirika, yang perlu kajian lebih lanjut. Fakta ini juga dapat dibenarkan karena Talmud Yerushalmi/Jerusalem Talmud juga ditulis dng banyak menggunakan/mengadopsi istilah-istilah Yunani yang di-Ibrani-kan. Inilah karakter bahasa Mishnaic Hebrew. Namun demikian, istilah yang tertulis dalam bhs ibrani pada inskripsi tersebut membuktikan bahwa seseorang yang dimaksud itu adalah seorang royal/orang terpandang, karena bhs Yunani adalah ekspresi bahasa sebagai penanda identitas komunitas kelas tinggi pada zamannya, yang menggunakan campuran bhs Yunani.

Inskripsi yang menggunakan istilah Judeo-Arabic מתרונה tersebut membuktikan bahwa bahasa Judeo-Arabic justru telah eksis sejak era pra-Islam, dan eksistensi bahasa Arab telah mapan sebelum Kristen ada, bahkan sebelum Jesus dilahirkan. Jadi sangat tidak tepat bila dikatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa warisan kaum Kristen yang kemudian diwarisi oleh kaum Muslim. Pernyataan ini absurd, ahistoris dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Jadi sekali lagi bahasa Arab telah mapan di kalangan Yahudi dan bahkan aksara Judeo-Arabic telah ada sejak era pra-Islam, dan bukan diciptakan pada masa Islam muncul sebagaimana yang dituduhkan oleh para pseudo-scholars di kalangan Kristen. Inilah bukti kuat yang tidak bisa dibantah oleh siapapun bahwa bahasa Judeo-Arabic bukanlah kreasi dari Rav Saadia Gaon. Namun Rav Saadia ben Yosef al-Fayyumi (882-942 C.E.) hanyalah yang mengkodifikasi cara penulisan Judeo-Arabic yang kemudian populer pada Abad X Masehi. Pada inskripsi tersebut membuktikan adanya kuburan seorang wanita Yahudi terpandang yang dimakamkan di kawasan Welili, kota Meknes – Marocco pada era Romawi.

Fakta penggunaan dan eksistensi bahasa Arab di kalangan komunitas Yahudi di Palestina sebenarnya juga diteguhkan dng adanya temuan dokumen2 di kawasan Nahal Hever, wilayah Qumran yang teks2nya ditulis dalam bahasa Aram, Yunani dan (Arab) Nabatea. Sebagaimana yang ditemukan dokumennya oleh Y. Yadin.

“The second of these collections stems from Nahal Hever. Israeli excavators discovered these materials in situ in 1960-61, again under Y. Yadin. This area yielded what are actually three collections of documents. One is the personal archive of the colorful lady, Babatha. This group of texts included Aramaic, Greek and Nabatean legal documents. Lihat Y. Yadin, Bar Kokhba: The Rediscovery of the Legendary Hero od the Second Jewish Revolt Against Rome (New York: Random House, 1971), 222-53. Juga bisa dibaca karya Lawrence H. Schiffman ” The Contribution of the Dead Sea Scrolls to the Study of Hebrew Language and Literature ” dalam Michael A. Schmidman (ed.) Turim: Studies in Jewish History and Literature Vol. 1 (New York: Touro College Press, 2007), hlm. 241.

Temuan dokumen di Nahal Hever di Palestina dan inskripsi di Meknes, Marocco merupakan 2 bukti utama yang tak bisa dibantah siapapun.