KESEMPURNAAN QURAN ATAS KITAB SUCI AGAMA SAMAWI

Dialog teologis (interfaith dialogue) merupakan bentuk dialog yang lebih banyak melibatkan para ahli. Tujuan utama dialog teologis ini lebih menekankan pada kajian teks-teks suc agama-agama, dan bukan sekedar pendalaman iman terhadap Quran semata, tetapi juga memahami bagaimana relasi Quran dengan kitab-kitab sebelumnya. Dialog teologis sekarang ini begitu masif disuarakan dan digelar di berbagai komunitas keagamaan di negara-negara Eropa, Amerika, Timur Tengah dan Afrika. Prof. Idris as-Salawy, penulis buku “Manuscrits Arabes en Occident Musalman” المخطوطات العربية في الغرب الاسلامية (Marocco, Dar al-Baidha’: Muassasah al-Malik ‘Abdul ‘Aziz, 1990), serta Prof. Raymond Farrin, seorang muallaf dan juga sebagai Associate Professor of Arabic Studies di the American University of Kuwait telah menulis buku “Structure and Quranic Interpretation: A Study of Symmetry and Coherence in Islam’s Holy Text” (Oregon: White Cloud Press, 2014). Kedua buku tersebut penting sebagai bacaan, terutama untuk memahami relasi teks Quran dengan teks-teks kitab agama-agama. Begitu juga karya Prof. Ahmad Shahlan, seorang professor di bidang Semitic Studies di Marocco yang berjudul قضايا من اصول موسى الى البابا بنديكت XVI (Rabat: Mathba’ah al-Risalah, 2016), buku ini sangat pemting utk membaca teks-teks Semit.

Menurut saya ada 3 ranah/bidang dialog teologis yang perlu kita suarakan di bumi Indonesia ini.

  1. Dar al-Taqrib bayn al-madzahib al-Islamiyah (Islamic Studies)
  2. Dar al-Taqrib bayn al-Adyan al-Samiyah (Semitic Studies)
  3. Dar al-Taqrib bayn al-Adyan al-Samawiyah (Aryo-Semitic Studies)

Dalam konteks dialog teologis ini saya akan menjelaskan relasi teks suci agama-agama bertradisi Semit dan Arya. Menurut saya, tidak ada pembedaan dikotomis antara sebutan “agama-agama langit” dan “agama-agama bumi”, sebab semua agama yang ada di muka bumi saat ini asal-usulnya pasti berasal dari langit. Islam datang untuk meluruskan, mengoreksi dan menyempurnakannya melalui kitab suci Quran, sebagaimana yang tersirat dalam teks Qs. al-Baqarah 2:106.

Kitab suci semua agama bukanlah sebuah teks sakral yang berdiri sendiri. Namun, kitab suci semua agama menegaskan semacam mata rantai yang menyadarkan kita tentang adanya konsep “One Word Many Versions” sesuai konteks zamannya. Dengan demikian, semua kitab suci ada semacam “common heritage” sebagaimana yang termaktub dalam kitab-kitab suci, dan Quran telah mengkonfirmasikannya. Misalnya, Mazmur 37:29[1] tertulis demikian:

צדיקים יירשו ארץ וישכנו לעד עליה. תהלים 37:29

“Orang-orang benar mewarisi bumi dan mereka akan tinggal selama-lamanya di bumi” (Tehilim 37:29).

Kitab suci Quran juga menyebutkan ayat yang sejajar, yang meneguhkan pernyataan kitab Mazmur dan sekaligus mengkonfirmasinya, yakni berkaitan dengan keberadaan orang-orang benar, atau pun orang-orang saleh. Qs. Al-Anbiya 21:105 menyebutkan demikian:

ولقد كتبنا في الزبور من بعد الذكر ان الارض يرثها عبادى الصلحون

Ayat ini sekaligus menegaskan bahwa hanya orang-orang saleh saja yang disebut “as-Shalikhun” (الصلحون) yang memiliki karakter kenabian. Itulah sebabnya ayat yang berkaitan dengan “orang-orang saleh” ternyata terletak pada Qs. Al-Anbiya’ (lit. “para Nabi”).

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s